Aku rindu.

Saturn
2 min readJun 23, 2023

--

Bukan, aku bukan rindu kekasihku yang titelnya sudah berganti mantan. Bukan juga rindu teman-teman kuliah yang terakhir kutemui masing-masing di acara pernikahan. Bukan juga adikku yang ada di perantauan, atau orang tuaku yang jarang aku ajak membangun perbincangan. Bukan, aku bukan rindu kakekku yang dikubur bersama kenangan masa kecilku, keliling desa diantar motor tua sementara kita banyak bicara angan-angan. Pun bukan terapis yang selalu sumringah tiap kali aku bersambang kendati aku terlihat seperti manusia yang nyawanya sudah habis jaman.

Demi Tuhan, bukan. Bukan berlarian dari depan pagar kos ke fakultas untuk mengejar keterlambatan yang aku rindukan. Bukan, bukan duduk-duduk menatap langit merah dengan kopi hangat di dalam cawan; manik menatap jauh, Ayah bertanya hal-hal sepele sembari menunggu azan. Bukan sepeda tuaku yang roda empatnya sudah tanggal karena terakhir aku menaikinya aku sudah bukan amatiran. Bukan Ibu yang mendumel pelan karena langit tidak undang matahari sambil menatap nanar jemuran. Bukan kukis lima ribuan, bukan menanti rejeki di akhir bulan lalu mendadak mendapat gajian, bukan nilai sempurna yang terasa seperti keajaiban. Bukan dinding penuh hiasan, bukan nasi hangat berteman lauk dan sayuran, bukan peluk yang disertai isak pelan.

Bukan. Aku bukan rindu orang yang pernah memberiku kedamaian pun kesengsaraan. Aku bukan rindu hari-hari lama yang nyamannya aku dambakan. Yang aku rindukan, rupa-rupanya hanya satu: aku.

Aku yang selalu simpan hadiah kecil di ujung hari untuk kunikmati seorang diri sambil menganggap masalah kemarin angin lalu. Aku yang mengulas senyum pada senja meski tau ia tidak pernah tersenyum balik kepadaku. Aku yang takut, yang bingung, yang debaran jantungnya rasanya seperti mau membunuh tapi tetap melangkah meski penuh ragu. Aku yang jatuh — entah kepada cinta atau jalan berbatu, aku yang menangis karena terlalu sayang atau terlalu haru. Demi apapun, aku rindu diriku.

Lantas kini yang aku punya hanya hati yang kosong, mata yang berkantong, harapan yang isinya hanya bohong. Aku melompong, kadang usiaku ingin kupotong. Penuh tarik dan penuh dorong, semuanya mencekat leherku dan tinggal menunggu putus untuk memukul gong.

Mati, mati. Matilah di esok hari. Matilah batin ini, tinggal jiwa yang sebenarnya tidak pernah bisa mandiri. Hilanglah asa yang rasanya tidak akan bisa dititi. Enyahlah hasrat yang sempat memenuhi hati.

Bersama dengan rasa rindu yang tidak bisa terobati, aku gantung diri.

--

--

Saturn
Saturn

No responses yet